Kita semua tahu bahwa mayoritas perekonomian Indonesia ditopang oleh UMKM, dan sebagian besar dari mereka adalah usaha ultra mikro dengan omzet di bawah Rp300 juta per tahun. Tapi, kontribusi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi nasional masih belum maksimal.
Selama bertahun-tahun, pemerintah sudah mengalokasikan dana besar untuk program pelatihan dan pendampingan UMKM. Tapi dampaknya masih terbatas. Banyak pelaku usaha yang belum tersentuh, dan pendekatannya belum cukup untuk benar-benar membantu mereka berkembang.
Masalahnya bukan cuma soal akses teknologi. Budaya belajar di masyarakat kita juga masih jadi tantangan. Banyak yang merasa belajar itu sulit, membosankan, atau tidak relevan dengan kebutuhan mereka. Karena itu, pendampingan dari orang yang bisa jadi teman belajar — yang sabar, mudah dihubungi, dan bisa kasih dorongan — jadi hal yang sangat penting.
Sejak pandemi, kami mulai mencoba pendekatan baru. Kami gabungkan teknologi dengan interaksi langsung. Pelatihan dilakukan lewat grup WhatsApp dan sesi Zoom, dengan peserta dibagi ke grup kecil. Setiap grup didampingi fasilitator yang membantu mereka selama proses belajar.
Materi pelatihannya kami susun dalam empat judul utama yang sangat relevan dengan kebutuhan pelaku usaha mikro:
- Memulai Usaha dengan Perencanaan yang Tepat,
- Promosi Efektif untuk Meningkatkan Penjualan,
- Membangun Ketahanan Lewat Inovasi dan Manajemen Risiko, dan
- Pengelolaan Keuangan untuk Akses Permodalan.
Peserta belajar lewat video singkat, mengerjakan tugas praktis yang langsung bisa diaplikasikan ke bisnis mereka — seperti membuat Business Model Canvas, laporan keuangan sederhana, atau rencana promosi digital. Semua dilakukan secara online, tapi tetap terasa dekat karena fasilitator dan mentor ikut terlibat aktif setiap hari.
Dari sisi hasil, pendekatan ini menunjukkan perkembangan yang positif. Di tahap terakhir, tingkat penyelesaian kursus mencapai lebih dari 90%. Biaya jauh lebih rendah dibanding pelatihan tatap muka. Dan yang paling penting, para peserta merasa terbantu secara nyata.
Beberapa cerita dari peserta juga bikin kami makin semangat:
“Saya sempat hampir menyerah setelah pandemi. Tapi lewat pelatihan ini, saya jadi punya arah baru buat usaha saya.”
– Pemilik warung makan, Malang
“Fasilitatornya sabar banget. Kami nggak cuma belajar, tapi juga merasa didampingi.”
– Mahasiswa, Sidoarjo
“Senang bisa kenal banyak pelaku usaha lain. Jadi saling sharing dan belajar bareng.”
– Karyawan, Gresik
Dari sini, kami makin yakin bahwa pendekatan ini layak untuk dikembangkan lebih jauh. Kami ingin menjangkau lebih banyak pelaku usaha — target kami adalah 6 juta orang, atau sekitar 10% dari total usaha ultra mikro di Indonesia.
Misi ini besar, tapi bukan tidak mungkin. Dengan sistem yang efisien, biaya rendah, dan pendekatan yang terasa manusiawi, kami percaya pembelajaran digital bisa jadi alat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Program ini terlaksana berkat dukungan dari Strive Community Mastercard, yang percaya bahwa UMKM punya peran besar dalam membentuk masa depan ekonomi digital yang lebih adil dan merata.
Apabila kamu tertarik untuk berkolaborasi, belajar lebih lanjut, atau bahkan bergabung dalam misi ini, silakan tinggalkan komentar atau kirim pesan langsung ke kami melalui https://bit.ly/chatbotjagowan
#UMKM #PembelajaranDigital #PertumbuhanInklusif #PemberdayaanKomunitas #PelatihanOnline #Tumbu #StriveCommunity #Mastercard
Penulis : Mardiyyah Salsabiila
Sumber Foto : freepik.com